Rabu, 15 Februari 2012

KINGDOM PLANTAE

KINGDOM PLANTAE


Kalian tentu masih ingat tentang ganggang hijau, bukan? Ganggang hijau dipercaya memiliki hubungan yang sangat dekat dengan tumbuhan. Banyak ahli vang berpendapat bahwa ganggang hijau merupakan leluhur dari tumbuhan. Pendapat demikian dimungkinkan karena adanya beberapa kesamaan ciri yang dimiliki ganggang hijau dan tumbuhan. Berarti, tumbuhan sekarang ini dapat dikatakan hasil evolusi dari leluhur ganggang hijau.
Tumbuhan adalah kelompok makhluk hidup eukariot fotosintetik yang tersusun atas banyak sel (multiseluler) dan memiliki jaringan yang sudah berkembang dengan baik. Tumbuhan hidup pada berbagai lingkungan darat, mulai dari lingkungan hutan basah hingga daerah padang pasir atau tundra, Dalam sistem lima kingdom, semua makhluk hidup yang tergolong tumbuhan dimasukkan ke dalam kingdom Plantae. Adapun ciri-ciri makhluk hidup yang termasuk kingdom
Plantae adalah sebagai berikut.
1. Struktur tubuh berupa multiseluler, eukariot, dan memiliki sel-sel yang sudah terspesialisasi membentuk jaringan dan organ.
2. Mengandung klorofil a dan b serta karotenoid menyimpan makanan dalambentuk tepung; dan mempunyai dinding sel dari bahan selulosa.
3. Melindungi perkembangan embrio dari kekeringan dengan menyuplai air dan nutrisi ke dalam struktur reproduksi betina.
4. Mempunyai siklus hidup berupa pergiliran keturunan (metagenesis).












A. Lumut

Secara umum, kingdom Plantae dibedakan atas dua kelompok utama, yaitu tumbuhan tidak berpembuluh dan tumbuhan berpembuluh. Anggota kelompok tumbuhan tidak berpembuluh adalah semua tumbuhan lumut (Bryophyta), sedangkan kelompok tumbuhan berpembuluh (Trachaeophyta) meliputi tumbuhan paku, Gymnospermae, dan Angiospermae.

Lumut dapat dijumpai di berbagai tempat, mulai dari daerah Kutub Utara (Arktika), melintasi daerah tropis hingga ke daerah Kutub Selatan. Meskipun lumut menyukai tempat yang lembab, tumbuhan tersebut dapat juga hidup di daerah gurun, lumpur, dan sungai. Di hutan, lumut seringkali ditemukan membentuk lantai dasar hutan atau menempel pada pohon. Lumut dapat juga ditemukan menempel pada tembok, sumur, dan permukaan batu bata di sekitar lingkungan kita.



Gmbr 1. Penyebaran lumut yang hidup pada batu










1. Ciri dan Struktur Tumbuhan Lumut
Lumut umumnya berukuran kecil, tingginya kurang dari dua cm, meskipun ada juga yang tingginya mencapai setengah meter. Ukuran tubuh demikian ada kaitannya dengan ketiadaan jaringan pengangkut yang efisien pada lumut. Lumut
tidak memiliki sistem pembuluh khusus untuk mengangkut air dan mineral organik. Proses pendistribusian air berjalan lambat, yakni secara difusi.
Tumbuhan lumut tidak memiliki akar, batang, dan daunyang sebenarnya. Hanya saja, tumbuhan tersebut dikatakan memiliki struktur yang menyerupai akar, menyerupai batang, dan menyerupai daun. Sebagai pengganti akar, lumut memiliki
rizoid. Rizoid merupakan bagian dari tubuh lumut yang strukturnya menyerupai bulu-bulu akar. Melalui rizoid inilah lumut menempel pada substrat dan menyerap air serta mineral dari dalam tanah.

2. Reproduksi Tumbuhan Lumut
Tumbuhan lumut dapat bereproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual (vegetatif) dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya melalui pembentukan gemma atau kuncup, penyebaran spora, dan fragmentasi.
Reproduksi seksual (generatif) dilakukan dengan cara peleburan sel gamet jantan (spermatozoid) dan sel gamet betina (ovum). Spermatozoid dihasilkan oleh anteridium (organ kelamin jantan), sedangkan ovum dihasilkan oleh arkegonium
(organ kelamin betina).




Gambar-2. Penyebaran lumut yang
hidup pada pohon







Gambar-3. Struktur sel lumut

Berdasarkan letak anteridium dan arkegoniunnya. Dibedakan atas dua kelompok ;

a Lumut homotalus
Merupakan kelompok lumut yang memiliki anteridiun, arkegonium pada satu tubuh (talus). Lumut demikian disebut juga lumut berumah satu.

b. Lumut heterotalus
Merupakan kelompok lumut yang masing-masing talusnya memiliki anteridium saja atau arkegonium saja. Lumut demikian disebut juga lumut berumah dua.


3. Daur Hidup Tumbuhan Lumut
Pada umumnya, tumbuhan lumut mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) dalam hidupnya, yaitu antara fasevegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif dikenal sebagaigenerasi sporofit, yaitu suatu fase yang menghasilkan spora.Sebaliknya, fase generatif disebut sebagai generasi gametofit,yaitu fase yang menghasilkan sel kelamin (gamet).Pada generasi gametofit, akan terbentuk gamet jantan dan gamet betina. Jika terjadi pembuahan dari kedua macam gamet tersebut, maka akan terbentuk zigot dan berkembang menjadi sporofit. Selanjutnya, sporofit melalui sporogonium akan menghasilkan spora. Spora yang jatuh pada tempat yang sesuai akan tumbuh membentuk protonema kemudian berkembang menjadi tumbuhan lumut.


4. Klasifikasi Tumbuhan Lumut
Berdasarkan bentuk morfologi dan sifat hidup lainnya, tumbuhan lumut dapat dikelompokkan atas lumut hati, lumut tanduk, dan lumut sejati (lumut daun). Masing-masing kelompok tumbuhan lumut tersebut menempati tingkatan takson yang sama. Namun, penempatannya dalam system taksonomi mengalami perkembangan.
Sebagian ahli taksonomi botani menempatkan masing- -masing kelompok tumbuhan lumut pada tingkatan takson kelas, yaitu kelas Hepaticopsida (lumut hati), kelasAnthoceropsida (lumut tanduk), dan kelas Bryopsida (lumut sejati). Oleh sebagian ahli taksonomi lainnya, menempatkan lumut pada tingkat divisi, yaitu divisi Hepatopyta, divisi Anthocerophyta, dan divisi Bryophyta. Terlepas dari perbedaannya dalam sistem taksonomi, berikut ini kita akan membahas tentang kelompok lumut tersebut satu per satu.


a. Lumut hati
Lumut hati merupakan tumbuhan kecil yang berbentuk lembaran. Lumut hati tidak memiliki akar, batang, dan daunyang sebenarnya sehingga mereka disebut juga tumbuhan tallus. Struktur talus pada lumut hati dikenal dengan istilah lobus.

Salah satu jenis lumut hati yang paling terkenal adalah Marchantia. Setiap lobus lumut ini memiliki ukuran panjang sekitar satu sentimeter atau lebih. Permukaan atas lobus licin, sedangkan pada permukaan bawahnya terdapat sejumlah rizoid yang dapat tertanam ke dalam tanah. Marchantia dapat bereproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembentukan gemma atau kuncup. Gemma dihasilkan dari bagian dorsal talus. Pada setiap gemma terdapat sekumpulan titik tumbuh. Gemma yang dewasa dapat terpencar atau terlepas dari talusnya karena tetesan air atau sentuhan serangga kecil. Jika gemma jatuh di tempat yang cocok, maka akan tumbuh menjadi talus (individu) baru. Cara reproduksi aseksual lainnya adalah dengan melakukan fragmentasi. Reproduksi seksual dilakukan dengan melibatkan alat kelamin jantan (anteridium) dan alat kelamin betina (arkegonium). Anteridium yang sudah matang akan mengeluarkan spermatozoid berflagel. Selanjutnya, melalui perantaraan air spermatozoid berenang menuju sel telur yang dihasilkan oleh arkegonium hingga terjadi peleburan. Hasil peleburan atau pembuahan tersebut akan membentuk zigot.
Selanjutnya, zigot akan berkembang dan tumbuh menjadi talus atau tumbuhan lumut baru. Contoh, Marchantia polymorpha dan Marchantia geminate


b. Lumut Tanduk

Lumut tanduk dapat ditemukan di sepanjang pinggir sungai, danau, atau selokan. Struktur tubuhnya hampir serupa dengan lumut hati. Itulah sebabnya ada sebagian ahli mengelom-pokkannya ke dalam lumut hati. Seperti halnya lumut hati, lumut tanduk juga mengalami pergiliran keturunan. Salah satu jenis lumut tanduk adalah Anthoceros sporophytes.

c. Lumut sejati
Lumut sejati banyak ditemukan di daerah yang lembap dan teduh. Mereka memiliki daya kompetisi yang lebih baik dibanding kelompok lumut yang lain sehingga daerah penyebarannya lebih luas. Lumut sejati dapat saja ditemukan
di daerah kutub, tropis, atau gurun. Lumut sejati merupakan tumbuhan kecil yang memiliki batang semu yang tegak dengan lembaran daun yang tersusun spiral. Sepintas tumbuhan tersebut tampak seperti rumput. Selain itu, lumut sejati ada juga yang tampak seperti hamparan karpt-, atau beledu. Di hutan, tumbuhan ini seringkali
membentuk lantai dasar hutan atau menempel pada batang kayu. Lumut sejati dapat beradaptasi di lingkungan yang “aneh”.

Misalnya, lumut tembaga (copper mosses) ditemukan hanya di daerah yang mengandung tembaga sehingga tumbuhan tersebut dapat dijadikan sebagai indikator untuk deposit tembaga. Jenis lainnya, lumut bercahaya (luminous mosses)
yang memiliki cahaya hijau keemasan ditemukan hanya di dalam gua, di bawah akar pohon, dan beberapa tempat yang teduh. Lumut sejati memiliki kutikula dan stomata sehingga dapat mencegah hilangnva air dari dalam selnya. Bila dating musim kering secara terns-inenerus dan berlangsung lama, maka lumut sejati akan mengalami dormansi. Tumbuhan tersebut tampak layu, berwarna cokelat, dan tampak seolah - olah mati. Namun, segera setelah turun hujan, lumut sejati menjadi hijau dan aktivitas metabolismenya kembali aktif.
Reproduksi lumut sejati dapat terjadi secara aseksual dan seksual. Kebanyakan reproduksi aseksual (vegetatif) dilakukan dengan cara tragmentasi. Bagian dari tumbuhan tersebut dapat tumbuh menghasilkan tunas atau kuncup. Kuncup akan berkembang erkeii-iban menjadi tumbuhan lumut baru.
Selain itu, lumut sejati juga mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) dari fase gametofit ke fase sporofit yang berlangsung secarabergantian. Pada fase gametofit (fase generatif), tumbuhan lumut akan menghasilkan gametangium, yakni berupa anteridium dan arkegonium. Anteridium akan menghasilkan spermatozoid dan arkegonium menghasilkan sel telur. Pada fase tersebut spermatozoid berenang menuju sel telur hingga terjadi peleburan sel kelamin. Hasil peleburankedua sel kelamin akan membentuk zigot. Selanjutnya, zigot akan tumbuh menjadi sporogonitim (fase sporofit) yang tetap menempel pada tumbuhan lumut (fase gametofit).
Pada sporogonium lumut sejati terdapat bagian-bagian sebagai berikut.

1. Vaginula, yaitu semacam selubung pada pangkal tangkai sporogonium yang berasal dari dinding arkegonium.

2. Seta, yaitu tangkai sporogonium.

3. Apofisis, yaitu bentuk pelebaran dari ujung seta atau suatu peralihan dari seta ke sporogonium.

4. Sporangium, yaitu berupa kotak spora, tempat pembentukan spora. Pada bagian tengahnya terdapat kolumela yaitu bagian yang bersifat steril

5. Kaliptra, yaitu semacam kapsul atau tudung sporangium yang berasal dari dinding arkegonium.

Sporangium (kotak spora) berbentuk seperti periuk. Pada bagian ujung terdapat sederet gigi peristom yang tersusun melingkar. Sporangium juga memiliki semacam tutup kotak spora yang disebut operkulum. Operkulum biasanya akan
terlepas bila spora sudah matang. Pengeluaran spora diatur oleh gigi peristom. Kedudukan gigi peristom dapat berubah-ubah sesuai dengan kelembapan udara di sekitarnya. Jika udara lembap, maka gigi peristom akan menutup sehingga spora tidak bisa keluar. Sebaliknya, jika keadaan udara kering, maka gigi peristom membuka sehingga spora dapat keluar. Jika spora jatuh di tempat yang sesuai, maka akan tumbuh menjadi protonema. Selanjutnya, protonema akan tumbuh menjadi tumbuhan lumut sejati sebagai fase (generasi) gametofit. Dari daur hidup demikian,kalian dapat mengetahui bahwa fase gametofit lebih dominant daripada fase sporofit. Misalnya, Sphagnum, fimbriatum, Sphagnum squarrosum, Polytrichum commune, Funaria hygrometrica, Pogonatum circhatitiii, Mniodendron divaricatum dan Aerobryopsis longisima.


5. Peranan Lumut dalam Kehidupan
Kemampuan adaptasi lumut lebih baik disbanding tumbuhan berpembuluh. Lumut dapat tumbuh pada dinding batu atau celah-celah karang. Tumbuhan tersebut dapat merubah struktur batu atau karang menjadi lapisan tanah sebagai tempat tumbuh organisme lain. Itulah sebabnya tumbuhan lumut dikatakan juga sebagai vegetasi perintis. Di hutan, tumbuhan lumut sangat berperan dalam menyerap dan menahan air hujan. Artinya, tumbuhan tersebut dapat mencegah terjadinya banjir bila musim hujan dan mampu menyediakan air pada musim kemarau.
Beberapa jenis lumut memiliki nilai komersial. Misalnya Sphagnum, tumbuhan lumut ini dikenal memiliki kemampuan menyerap air yang sangat besar sehingga sering digunakan di kebun untuk memperbaiki kemampuan tanah dalam menahan air. Pada beberapa daerah yang tanahnya bersifat asam atau lembap, sisa-sisa jenis lumut Sphagnum akan menumpuk tanpa mengalami pelapukan. Tumpukan lumut tersebut disebut peat yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Sphagnum yang telah dibersihkan dapat juga diolah menjadi bahan pengganti
kapas. Selain itu, jenis Marchantia polymorpha diduga dapat dijadikan sebagai obat hepatitis (radang hati).




B. Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang mendominasi daratan selama periode Karboniferus (286 juta hingga 360 juta tahun yang lalu). Tumbuhan paku dapat ditemukan di berbagai habitat, ada yang hidup di daratan yang tanahnya netral, tanah berkapur. tanah asam, dan ada juga yang hidup di air. Biasanya tumbuhar, paku menyukai tempat yang lembap dan teduh.
Tumbuhan paku sangat beraneka ragam. Kalian tentu sudah pernah melihat tumbuhan paku yang ditanam sebagai tanaman hias. Dapatkah kalian membedakan antara akar, batang, dan daun? Bukti sejarah adanya kehidupan tumbuhan paku pada zaman purba.
1. Ciri dan Struktur Tumbuhan Paku
Pada tumbuhan paku, kita sudah dapat membedakan struktur akar, batang, dan daun. Keadaan demikian menunjukkar. bahwa tumbuhan paku memiliki tingkat perkembangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tumbuhan lumut. Tumbuhan paku termasuk salah satu tumbuhar. berpembuluh. Artinya, pada organ akar, batang, dan daun sudah ditemukan jaringan pembuluh angkut, yakni berupa xilem dan floem.
Kalian tentu tahu fungsi kedua jenis pembuluh angkut tersebut, bukan? Pada umumnya, berkas pembuluh angkut tumbuhan paku tersusun secara kosetitris,yakni xilem di tengah dikelilingi oleh floem. Akar tumbuhan paku berupa akar serabut yang keluar dan rimpangnya. Ujung akar biasanya dilindungi oleh tudung akar atau kaliptra. Pada titik tumbuh akar terdapat sel yang dapat membelah ke arah luar membentuk kaliptra dan ke arah dalam membentuk sel-sel akar. Pada penampang melintang akar, tampak adanya jaringan dari luar ke dalam, yaitu epidermis (kulit luar), korteks (jaringan pertama), dan stele (silinder pusat). Pada silinder pusat terdapat pembuluh kayu (xilem) dan pembuluh tapis (floem). Batang tumbuhan paku kebanyakan berupa batang yang tumbuh mendatar di dalam tanah. Batang demikian dikenal dengan sebutan rimpang atau rizom. Namun, pada beberapa jenis tumbuhan paku lainnya, batang dapat tumbuh menjulang ke atas, misalnya pada paku tiang (Alsophila glauca) dan paku pohon (Cyathea sp.).
Susunan anatomi batang tumbuhan paku bermacam - macam, bergantung pada jenisnya. Pada paku garuda (Pteridum aquilinum), di sebelah dalam epidermisnya terdapat jaringan penguat yakni berupa sklerenkima. Pada paku ekor
kuda (Equisetuin arvense), sklerenkima hanya terdapat di bagian-bagian yang menonjol.
Daun tumbuhan paku memiliki ukuran yang bervariasi. Ada daun yang berukuran kecil (mikrofil) dan ada juga yang berukuran besar (makrofil). Pada umumnya, mikrofil hanya berukuran seteba: satu lapis sel dan belum dapat dibedakan antara bagian epidermis. daging daun (mesofil), dan tulang daun. Bentuk daun tersebut tampak seperti sisik atau rambut dan tidak mempunyai tangkai daun. Sebaliknya, makrofil sudah terdiferensiasi dengan jelas bagian-bagiannya, yakni berupa tangkai daun, tulang daun yang bercabang-cabang, dan mesofil. Selain itu, makrofil sudah memiliki stomata.
Berdasarkan fungsinya, daun tumbuhan paku dapatdibedakan atas sporofil dan tropofil. Sporofil adalah daun tumbuhan paku yang khusus menghasilkan spora, sedangkan tropofil adalah daun yang berfungsi untuk melakukan asimilasi. Pada permukaan bawah sporofil yang sudah dewasa umumnya terdapat suatu badan berbentuk bulat atau memanjang yang dikenal dengan istilah sorus. Sorus adalah
suatu badan yang terdiri atas beberapa kelompok sporangium atau kotak spora. Sorus yang masih muda biasanya ditutupi oleh selaput pelindung yang disebut indusium. Pada sporangium terdapat sejumlah sel penutup berdinding tebal dan menyerupai cincin yang disebut anulus. Bila anulus kekeringan, maka sel-selnya akan mengerut dan sporangium akan pecah sehingga sporanya keluar dan tersebar.
Spora tumbuhan paku cukup ringan sehingga mudah diterbangkan angin.

2. Daur Hidup Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku juga mengalami pergiliran keturunan seperti halnya tumbuhan lumut. Pergiliran keturunan pada tumbuhan paku dapat menghasilkan dua generasi, yakni generasi gametofit dan generasi sporofit.

a. Generasi gametofit
Generasi gametofit ditandai dengan adanya protalium. Protalium adalah semacam tumbuhan baru yang berbentuk seperti jantung, berwarna hijau, dan melekat pada substrat dengan rizoidnya. Protalium tersebut biasanya berukuran kecil atau beberapa sentimeter dan tidak berumur panjang (hanya beberapa minggu saja). Artinya, generasi gametofit tidak berlangsung lama seperti halnya pada tumbuhan lumut. Di dalam protalium terdapat suatu gametangium sehingga dapat membentuk anteridium (alat kelamin jantan) dan arkegonium (alat kelamin betina). Anteridium akan menghasilkan sperma dan arkegonium akan menghasilkan sel telur. Bila terjadi pertemuan sperma dengan sel telur (fertilisasi), maka akan terbentuk zigot. Selanjutnya, zigot akan tumbuh menjadi tumbuhan paku (individu) baru.



Gambar-3. a. Paku sarang burung. b. Paku resam


b. Generasi sporofit
Generasi sporofit merupakan tumbuhan penghasil Spora, yakni berupa tumbuhan paku itu. sendiri. Spora dihasilkan oleh struktur daun khusus yang disebut sporofil. Spora tersebut menyebar diterbangkan angin. Spora yang jatuh di tempat
sesuai akan tumbuh menjadi tumbuhan baru yakni berupa protalium. Mengingat generasi sporofit merupakan tumbuhan paku ini sendiri yang dapat tumbuh, bertunas, dan berkembang biaK, maka sudah jelas bagi kita bahwa generasi sporofit
lebih dominan daripada generasi gametofit.
Berdasarkan jenis spora yang dihasilkannya, tumbuhan paku dapat dibedakan atas paku homospora, paku heterospora, dan paku peralihan antara homospora dan heterospora.
1. Paku Homospora dan Isospora
Paku homospora merupakan kelompok tumbuhan paku yang menghasilkan satu macam spora berukuran sama. Contoh, Lycopodium (paku kawat).




2. Paku heterospora dan anisospora
Paku heterospora merupakan kelompok tumbuhan paku yang menghasilkan dua macam spora dengan ukuran yang berbeda. Spora kecil atau mikrospora merupakan spora berkelamin jantan dan spora besar atau makrospora berupa spora betina. Contoh, Selaginella (paku rane) dan Marsilea crenata (semanggi).

3. Paku Peralihan antara Homospora dan Heterospora
Paku peralihan merupakan kelompok tumbuhan paku yang dapat menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang sama. Akan tetapi, sebagian spora ada yang berkelamin jantan dan ada yang berkelamin betina. Contoh, Equisetum debile
(paku ekor kuda).
Tumbuhan paku tidak hanya berkembang biak dengan spora saja, tetapi juga dengan rizomnya. Rizom yang tampak bersisik, dan beruas-ruas dapat tumbuh menjalar ke segala arah. Dari rizom tersebut akan muncul akar-akar serabut dan
tangkai daur. sehingga membentuk tumbuhan paku baru. Selain itu, pada jenis, suplir tertentu, tunas-tunas (calon tumbuhan baru) dapat muncul dari ujung tangkai daun yang bersentuhan dengan tanah.

3. Klasifikasi Tumbuhan Paku
Seperti dalam pengklasifikasian makhluk hidup lainnya, pengklasifikasian tumbuhan paku juga mengalami perubahan dan perkembangan. Artinya, tingkatan takson dalam system klasifikasi lama dapat meningkat statusnya dalam system klasifikasi yang terbaru. Misalnya, tumbuhan paku yang semula diklasifikasikan pada tingkat kelas dapat berkembang menjadi tingkat divisi. Berdasarkan klasifikasi baru dengan
sistem lima kingdom, tumbuhan paku dibedakan atas beberapa divisi, yaitu: Psilotophyta, Lycopodophyta, Equisetophyta, dan Pteridophyta.

a. Psilotophyta
Anggota tumbuhan paku Psilotophyta tidak memiliki daun atau akar sejati. Fungsi akar digantikan oleh rizoid. Psilotophyta memiliki sporangium yang terletak pada ujung - ujung cabangnya. Psilotophyta merupakan kelompok tumbuhan paku yang
sudah hampir punah. Anggota divisi ini pernah dominan pada periode Silurian hingga Devonian. Salah satu jenis Psilotophyta yang masih ada hingga sekarang ini adalah Psilotum.

b. Lycopodophyta
Jumlah anggota divisi Lycopodophyta mencapai sekitar 1.000 spesies. Mereka memiliki daun berupa mikrofil yang tersusun secara spiral. Lycopodophyta memiliki sporangium Myang muncul dari ketiak daun dan berkumpul membentuk strobilus
(seperti bentuk pentungan kayu). Kebanyakan hidup menempel pada tumbuhan lain (epifit), tetapi bukan parasit. Contoh anggota divisi ini adalah Lycopodium dan Selaginella


c. Equisetophyta
Jumlah anggota divisi Equisetophyta hanya terdapat sekitar 15 spesies. Mereka biasa tumbuh subur di tempattempat yang lembap. Daun berukuran menengah, bersisik, dan tersusun melingkar pada setiap buku. Rizom dapat menghasilkan batang yang menjulang ke atas hingga mencapai ketinggian 1,3 meter. Pada ujung batang terdapat strobilus dengan warna khusus berupa kekuning - kuningan.

d. Pteridophyta
Divisi Pteridophyta meliputi tumbuhan paku menurut pengertian kita sehari-hari. Mereka memiliki daun-daun berukuran besar (makrofil) dengan tulang-tulang daun dan daging daun (mesofil). Tinggi tumbuhan paku ini bervariasi, mulai dari yang
berukuran kecil dan tampak seperti lumut hingga tinggi menjulang seperti pohon. Anggota divisi ini ada yang tingginya mencapai enam kaki (1 kaki = 30 cm). Beberapa contoh dari Pteridophyta adalah Alsophilla glauca (paku tiang), Gleichenia
linearis (paku resam), Adiantum cuneatum (suplir), Marsilea crenata (semanggi).


4. Beberapa Tumbuhan Paku pada Kehidupan Manusia
Beberapa manfaat tumbuhan paku bagi kehidupan manusia adalah sebagai berikut.
a. Sebagai bahan obat-obatan, misalnya Lycopodium clavatum dan Dryopteris filixmas.
b. Sebagai tanaman hias, misalnya Asplenium nidus (paku sarang burung), Adiantum cuneatum (paku suplir), dan Selaginella (paku rane).
c. Sebagai tanaman sayuran, misalnya Marsilea crenata (semanggi).
d. Sebagai pupuk hijau dalam pertanian, misalnya Azolla pinnata yang hidupnya bersimbiosis dengan Anabaena azollae (ganggang biru). Anabaena azollae merupakan jenis ganggang biru yang dapat memfiksasi N2 bebas di udara. Dengan demikian, kehadiran Azolla pinnata dapat meningkatkan kesuburan tanaman pertanian.
e. Sebagai sumber bahan baku pembentukan batu bara, yakni tumbuhan paku yang sudah mati pada zaman purba.


C. Tumbuhan Berbiji
Kebanyakan tumbuhan yang kalian jumpai di sekitar lingkungan kalian adalah tumbuhan berbiji (Spermatophyta). Dikatakan demikian karena tumbuhan tersebut menghasilkan biji. Para ahli botani tertarik pada tumbuhan berbiji bukan hanya karena jumlahnya, tetapi juga karena kenekaragaman jenis dan peranannya yang menonjol dalam kehidupan kita.

1. Ciri dan Struktur Tumbuhan Berbji
Tumbuhan berbiji (Spermatophyta; spermatofita; kormofita berbiji) merupakan tumbuhan kormus sejati. Tubuh spermatophyta dapat dibedakan dengan jelas menjadi tiga bagianpokok, yaitu akar, batang, dan daun. Selain itu, tubuh
spermatophyta memiliki modifikasi dari bagian-bagian pokok tadi. Salah satu bagian tubuh tumbuhan yang telah mengalami pefkembangan sedemikian rupa adalah sporofil sehingga sifatnya sebagai daun hampir hilang sama sekali. Sporofil yang
telah terangkai dalam berbagai bentuk kumpulan sporofil akan membentuk organ yang disebut bunga. Oleh sebab itu, golongan tumbuhan berbiji disebut pula Anthophyta atau tumbuhan bunga (bahasa Yunani, anthos = bunga; phyton =
tumbuhan).

Bunga pada tumbuhan berbiji

Tumbuhan berbiji memiliki jaringan pembuluh yang bervariasi. Jaringan pembuluh berfungsi untuk mengangkut air, mineral, makanan, dan bahan-bahan lainnya dalam tumbuhan. Jaringan pembuluh yang berperan untuk mengangkut air dan mineral disebut jaringan xilem, sedangkan jaringan pembuluh yang berperan untuk mengangkut bahan makanan adalah jaringan floem. Pada hakikatnya, hampir semua tumbuhan berbiji memiliki pigmen hijau atau klorofil. Hanya beberapa jenis
yang tidak memiliki klorofil, misalnya yang termasuk tumbuhan parasit.

2. Reproduksi Tumbuhan Berbiji
Tumbuhan berbiji berkembang biak secara seksual dan aseksual. Perkembangbiakan secara seksual dengan membentuk biji yang dihasilkan dari organ reproduktif (bunga). Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan oleh organ
vegetatif. Ciri khas Spermatophyta adalah adanya biji yang dihasilkan oleh organ bunga. Biji dihasilkan melalui peristiwa pembuahan atau fertilisasi sel-sel kelaminnya. Pada organ bunga inilah dikenal adanya peristiwa seksual pada tumbuhan. Hal tersebut melahirkan anggapan bahwa pada tumbuhan berbiji terjadi peristiwa perkawinan, walaupun yang tampaksebenarnya adalah penyerbukan (polinasi). Atas dasar peristiwa tersebut, Eichter menyebut kelompok tumbuhan berbiji dengan Phanerogamae (bahasa Yunani, phaneros = tampak jelas;gamein = kawin).
Pada peristiwa penyerbukan, serbuk sari yang jatuh ke kepala putik tumbuh menjadi badan yang berbentuk buluh. Buluh ini berfungsi untuk mengantar gamet-gamet ke tempat tujuannya, yaitu sel telur. Pertemuan antara sel gamet jantan dan betina (peristiwa pembuahan) inilah yang akan menghasilkan embrio. Berdasarkan peristiwa tersebut golongan tumbuhan berbiji disebut Embryophyta siphonogama,
yaitu tumbuhan yang memiliki embrio dan perkawinannya terjadi melalui pembentukan suatu buluh (bahasa Yunani, embryon = embrio (lembaga); phyton =
tumbuhan; siphon = pipa/buluh; gamein = kawin). Embrio pada tumbuhan berbiji bersifat bipolar atau dwipolar, yaitu salah satu kutubnya tumbuh dan berkembang membentuk batang dan daun, sedangkan kutub lainnya tumbuh dan berkembang
membentuk sistem perakaran.
Tumbuhan berbiji dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu tumbuhan Angiospermae (angiosperma; tumbuhan berbiji tertutup) dan tumbuhan Gymnospermae (gimnosperma; tumbuhan berbiji terbuka).


a. Gimnosperma (tumbuhan berbiji terbuka)
Pemberian nama kelompok gimnosperma (bahasa Yunani, gymnos = telanjang; sperma = biji) disebabkan biji-biji yang dihasilkan terdapat pada permukaan yang tampak terbuka.
1. Ciri dan Struktur Gimnosperma
Anggota gimnosperma merupakan tumbuhan berkayu dengan habitus (bentuk tubuh) berupa pohon, semak, atau perdu. Bagian kayu berasal dari berkas pembuluh angkut kolateral terbuka. Pada penampang melintang batang, berkas angkut tersebut tersusun dalam suatu lingkaran. Pada batang terjadi pertumbuhan menebal sekunder karena memiliki kambium. Di bagian xilem tidak terdapat pembuluh kayu, melainkan trakeid (kecuali Gnetum gnemon). Trakeid adalah sel xilem yang memanjang dengan kedua ujung meruncing dan berfungsi sebagai penunjang. Dinding sel trakeid memiliki lubang-lubang halus untuk saluran air dan mineral. Pada floem tidak terdapat sel-sel pengiring. Daun gimnosperma selalu berwarna hijau, mempunyai bentuk yang bermacam-macam dan bersifat kaku. Gimnosperma belum memiliki bunga sesungguhnya, kadangkadang makrosporofil (daun buah) dan mikrosporofil (benang sari) masih terkumpul dalam jumlah yang tidak terbatas pada sumbu yang panjang. Gimnosperma tidak memiliki hiasan
bunga (tereduksi). Mikrosporofil dapat membuka dan masih mempunyai kantong sari. Bakal biji (makrosporangium; nuselus) hanya mempunyai satu integumen (kuht) yang terbuka. Oleh sebab itu, bakal biji dapat secara langsung diserbuki oleh serbuk sari yang terbawa oleh angin.





Bunga Gimnosperma
a.Pinus halapensis, b. Welwichia


2. Pembentukan Gametofit pada Gymnosperma
Untuk membentuk lembaga atau embrio, seluruh tumbuhan membentuk gametofit, yaitu generasi tumbuhan yang menghasilkan gamet. Pada gimnosperma, generasi tersebut mengalami reduksi, namun tidak sebesar reduksi gametofit pada angiosperma.
Pembentukan gametofit betina terjadi dalam bakal biji, yaitu di dalam makrospora (kandung lembaga), sedangkan gametofit jantan di dalam mikrospora (serbuk sari). Makrospora akan mengadakan pembelahan inti yang disertai dengan pembentukan dinding-dinding pemisah sehingga dihasilkan sebuah makroprotalium (kandung lembaga) yang bersel banyak. Makroprotalium yang menghadap mikropil
membentuk sejumlah arkegonium yang tidak tetap yang terdiri atas satu sel telur yang besar, beberapa sel dinding leher, dan terkadang sel saluran perut. Mikropil gametofit jantan diawali dengan pembelahan sel di dalam serbuk sari. Hasilnya berupa sel-sel protalium, sel generatif (sel anteridium), dan sel vegetatif (sel tabung). Sel protalium menempel pada salah satu dinding mikrospora yang segera akan mati. Sel protalium yang telah mati berisi zat-zat makanan yang disebut endosperma primer dan akan digunakan sebagai makanan bagi embrio hasil proses pembuaban. Sel generatif terletak di dekat sel-sel protalium yang telah mati. Di sekeliling sel generatif tersebut terdapat sel vegetatif yang berukuran besar.

3. Reproduksi Seksual Pada Gymnosperma
Reproduksi seksual pada tumbuhan dicirikan dengan adanya proses pembuahan. Pada tumbuhan berbiji, sebelum terjadi proses pembuahan terdapat peristiwa penyerbukan, yaitu jatuhn-va serbui, sari di kepala putik. Setelah terjadi
penyerbukan, sel vegetatif membentuk buluh serbuk sari. Sel generatif akan membagi diri menjadi sel dinding (sel tangkai; sel bersaudara; dislokator) dan sel spermatogen. Sel spermatogen membelah lagi menjadi dua sel sperma (spermatozoid) yang kemudian bergerak ke sel telur melalui buluh serbuk sari.
Apabila spermatozoid telah bertemu dengan sel telur (proses pembuahan) di bakal biji, maka di dalam protalium terbentuk zigot yang akan tumbuh menjadi embrio. Bunga betina atau bunga majemuk seluruhnya akan berkembang menjadi buah dengan bentuk khusus yang dinamakan dennenappel (denenapel). Denenapel terdiri atas sebuah sumbu dengan sisik-sisik berkayu dengan biji di dalamnya. Karena memiliki bentuk seperti kerucut, maka dinamakan strobilus atau runjung.

4. Daur Hidup Gymnosperma
Daur hidup tumbuhan berbiji terbuka menunjukkan adanya persamaan dengan tanaman paku heterospora.







5. Klasifikasi Gymnosperma
Gymnosperma kemungkinan telah hidup di bumi sejak periode Devonian (410-360 juta tahun yang lalu). Berdasarkan pendapat para ahli taksonomi, seluruh anggota gimnosperma terbagi dalam tujuh kelas, yaitu kelas Pteridospermae, kelas
Cycadinae, kelas Bennettitinae, kelas Cordaitinae, kelas Coniferae, kelas Ginkgoinae, dan kelas Gnetinae. Namun, tiga kelas di antaranya, yaitu kelas Pteridospermae, kelas Bennettitinae, dan kelas Cordaitinae telah mengalami
kepunahan.
a. Kelas Pteridospermae (paku biji)
Tumbuhan Pteridospermae (disebut pula Cycadofilicinae atau paku biji) telah mengalami kepunahan sejak era Mesozoikum (245-65 juta tahun yang lalu; jtl.). Kelompok tersebut kemungkinan hidup pada periode Devonian (410-360 jtl.) serta mencapai puncak perkembangan pada periode Karboniferus (360-286 jtl.) dan Perm (286-245 jtl.).

b. Kelas Bennettitinae
Seluruh spesies kelas Bennettinae dimasukkan ke dalam famili Bennettitaceae.

c. Kelas Cordaitinae
Tumbuhan Cordaitinae hanya hidup di hutan pada periodeKarboniferus dan Permtubuhnya berupa pohon yang tinggi dan bercabang-cabang. Memiliki daun tunggal berbentuk lanset atau pipa dengan tulang daun sejajar. Hingga saat ini, hanya tersisa empat kelas tumbuhan gimnosperma dan oleh sebagian ahli taksonomi telah digolongkan dalam empat divisi tersendiri, yaitu divisi Pinophyta (tumbuhan konifer), divisi Cycadophyta (tumbuhan cycad), divisi Ginkgophyta (tumbuhan ginkgo), dan divisi Gnetophyta (tumbuhan gnetofita).

a. Tumbuhan konifer
Konifer merupakan tumbuhan gimnosperma yang umum ditemukan di sekitar kita. Sebanyak lebih kurang 550 spesies anggota divisi ini memiliki habitus berupa semak, perdu, atau pohon. Kebanyakan memiliki tajuk berbentuk kerucut (conus
= kerucut; ferein = mendukung) dan memiliki daun berbentuk jarum. Oleh karena itu, konifer sering disebut “pohon jarum”.


Hutan konifer
Berikut ini adalah beberapa contoh tumbuhan konifer mulai dari tingkatan takson ordo.
1. Ordo Texales, terdiri atas famili Taxaceae dan famili Cephalotaxaceae.
a. Famili Taxaceae, contoh spesies, Taxus baccata (digunakan untuk bahan baku ukiran), Torreya, dan Austrotuxus.
b. Famili Cephalotaxaceae, contoh spesies, Cephalotaxus fartanei dan Amentotaxus (tersebar di Asia Timur).
2. Ordo Araucariales, terdiri atas famili Araucariaceae. Contoh spesies: Araucaria cunninghamii dan Agathis alba (pohon damar). Agathis alba dapat menghasilkan resin dan juga sebagai tanaman hias.
3. Ordo Podocarpalles, terdiri atas famili Podocarpaceae. Contoh spesies: Podocarpus imbricata (berguna sebagai kayu bangunan).
4. Ordo Pinales, terdiri atas famili Pinaceae. Contoh spesies: Pinus silvestris (menghasilkan terpentin, kolofonium, dan kayunya untuk bahan bangunan), Pinus merkusii (menghasilkan terpentin, banyak ditanam di daerah Sumatra), Abies alba, Abies balsamea (menghasilkan balsam kanada).
5. Ordo Cupressales, terdiri atas famili Taxodiaceae dan famili Cupressaceae.
a. Famili Taxodiaceae, contoh spesies: Taxodium distichum (sebagai bahan baku bangunan) dan Sequoia gigantea (merupakan pohon raksasa).


Sequoia gigantea

b. Famili Cupressaceae, contoh spesies: Juniperus communis (buahnya digunakan sebagai bahan baku minuman keras”jenever”), Thuja gigantea, dan Thuja occidentalis (keduanya sebagai bahan bangunan).

b. Tumbuhan cycad
Sampai sekarang telah tercatat 100 spesies tumbuhancycad. Tumbuhan cycad merupakan tumbuhan berkayu yang tidak atau sedikit bercabang. Bunga tersusun dalam strobilus berumah dua. Strobilus jantan berukuran sangat besar, terdiri atas banyak sporofil yang berbentuk sisik dengan banyak mikrosporangium. Strobilus betina juga berukuran besar yang mengandung sporofil berbentuk sisik dengan dua bakal biji. Anggota tumbuhan cycad dikelompokkan lagi dalam satu ordo, yaitu ordo Cycadales dan satu famili, yaitu famili Cycadaceae. Contoh spesies: Cycas rumphii (pakis haji), Dioon edule, dan Ramia floridiana. Mereka telah menyebar hampir di seluruh dunia. Genus (marga) Dioon, Zamia, Ceratozamia,dan Microcycas menyebar di Benua Amerika, genus Encephalartos dan Stangeria di Benua Asia, genus Makrozamia di Benua Afrika, dan genus Bowenia di Benua Australia.

. Tumbuhan cycad

c. Tumbuhan ginkgo

Anggota tumbuhan ginkgo merupakan tumbuhan berumah dua. Ginkgo memiliki habitus berupa pohon bertunas panjang dan pendek. Daunnya bertangkai panjang berbentuk kipas dengan tulang daun bercabang-cabang seperti garpu. Daun tersebut akan meranggas dalam musim gugur. Tumbuhan ginkgo di kelompokkan dalam ordo Ginkgoales dan famili Ginkgoaceae. Contoh spesies: Ginkgo biloba, merupakan tumbuhan asli Tiongkok.



Tumbuhan gingko
d. Tumbuhan gnetofita
Sebanyak 90 spesies tumbuhan gnetofita merupakan tumbuhan berkayu. Tumbuhan tersebut batangnya ada yang bercabang, tidak bercabang, atau terdiri atas hipokotil yang menebal. Dalam kayu sekunder terdapat vasa (trakea). Daun-daun gnetofita tunggal berhadapan dan bunganya berkelamin tunggal. Berikut ini beberapa contoh anggota mulai dari tingkatan takson ordo.
1. Ordo Ephedrales, terdiri atas famili Ephedraceae. Contoh : Ephedra altissima.

2. Ordo Gnetales, terdiri atas famili Gnetaceae. Contoh Gnetum gnemon ( melinjo, banyak ditanam di pekarangan, daun yang muda dan buah digunakan untuk sayur, sedangkan bijinya untuk bahan baku pembuatan emping).

3. Ordo Welwitschiales, terdiri atas famili Welwitschiaceae. Contoh Welzvitschia bainesii.


6. Manfaat gimnosperma
Konifer tersebar luas di permukaan bumi dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Kayu konifer banyak digunakan sebagai bahan kontruksi bangunan dan produksi kertas. Tumbuhan ini juga menghasilkan beberapa senyawa kimia yang berharga, misalnya resin, yaitu cairan kental yang dapat melindungi konifer dari serangan jamur dan serangga (hama).


b. Angiosperma (tumbuhan berbiji tertutup)
Golongan tumbuhan berbiji tertutup merupakan golongan tumbuhan yang memiliki tingkat perkembangan lebih tinggi dibandingkan golongan tumbuhan yang lain.
1. Ciri dan struktur Angiosperma
Dibandingkan dengan gimnosperma, angiosperma memiliki beberapa ciri yang berbeda. Lihatlah perbandingan kedua kelompok tumbuhan tersebut pada Tabel 1
Angiosperma memiliki bakal biji yang tidak tampak karena terbungkus dalam suatu badan yang berasal dari daun buah, badan tersebut dinamakan bakal buah (ovule). Kadang - kadang bakal buah beserta bagian lain dari bunga akan tumbuh menjadi buah. Di dalam buah tersebut terdapat bakal biji yang telah berkembang menjadi biji.
Angiosperma memiliki bunga sesungguhnya dengan bermacam-macam bentuk dan susunan. Kebanyakan bunga bersifat hemafrodit karena memiliki alat kelamin jantan
maupun betina. Bagian-bagian bunga sesungguhnya terdiri atas kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari, dan putik. Putik merupakan suatu alat yang terdiri atas bakal buah, tangkai kepala putik, dan kepala putik. Tumbuhan angiosperma memiliki bakal biji van, tersembunyi, oleh karena itu serbuk sari tidak dapat secara langsung mencapai bakal biji. Daun tumbuhan angiosperma pipih dan lebar. Susunan tulang daun beraneka ragam, yaitu sejajar, menyirip, atau menjari. Jenis daun tunggal atau majemuk dengan bentuk bervariasi.Batang dan akar angiosperma ada yangmemiliki cambium dan ada yang tidak memiliki kambium. Batang dapat bercabang atau tidak, sedangkan akar dapat berupa akar tunggang atau serabut.Jenis angiosperma sangat bervariasi ada yang hidup sebagai semak, perdu hingga pohon yang besar. Selain itu, ada juga yang tumbuh kecil merayap di permukaan tanah.Gametofit betina terbentuk dari hasil pembelahan inti kandung lembaga primer di dalam bakal biji. Prosesnya adalah sebagai berikut

TABEL 1. PERBEDAAN CIRI ANTARA ANGIOSPERMA DAN GIMNOSPERMA

CIRI-CIRI GIMNOSPERMA ANGIOSPERMA


Habitus (bentuk tubuh) Semak, perdu, pohon Terna, semak, perdu, pohon

Sistem akar Batang Tunggang Serabut dan tunggang

Batang Tegak lurus, bercabang-cabang Bercabang-cabang atau tidak

Daun Jarang yang berdaun lebar - Kebanyakan berdauan lebar,
Dan bersifat majemuk ada yang berdaun majemuk
dengan komposisi yang beraneka ragam

Sistem tulang daun Tidak beraneka ragam Beraneka ragam

Bunga Bunga sesungguhnya belum ada - Ada


Membentuk strobilus dan - tidak
stronilus di dalam putik

Makrosporangium (bakal biji) - bakal biji nampak dan terdapat
tampak menempel pada dalam putik
makrosporofil (daun buah)



Penyerbukan Serbuk sari jatuh di tetes- -Serbuk sari jatuh di kepala putik
penyerbukan pada bakal biji
Jarak waktu penyerbukan sampai- -Jarak waktu relatif lebih pendek
sampai pembuahan relatif panjang.

Anatomi Akar dan batang memiliki kambium Hanya memiliki sebagian
Berkas pembuluh angkut bertipe - anggota yang memiliki kambium
Kolateral terbuka. Xylem terdiri- pada akar dan batangnya bertipe
Atas trakeid. Pada floem tidak- kolateral terbuka atau tertutup
Terdapat pada sel- sel pengiring terdiri atas trakea dan trakeid.
Terdapat sel-sel pengiring




Inti kandung lembaga primer membelah tiga kali berturut-turut sehingga terbentuk delapan inti. Kedelapan inti tersebut terdiri atas:
a. tiga inti yang berhadapan dengan mikropil, yaitu sebuah sel telur dan dua sel pengapit sel telur (dinamakan sel sinergid);
b. tiga inti yang terletak pada kutub berlawanan menghadap kalaza, dinamakan antipoda (diduga berkaitan dalam hal makanan); serta
c. dua inti yang bergerak ke bagian tengah kandung lembaga yang menyatu membentuk inti kandung lembaga sekunder.
Peleburan kedua inti tersebut berlangsung pada waktu sebelum atau sesudah buluh serbuk mulai masuk ke dalam putik. Jadi, gametofit betina terdiri atas sel telur (haploid; n), sinergid (haploid; n), dan inti kandung lembaga sekunder (diploid; 2n).Pembentukan gametofit jantan dimulai dalam kantong serbuk sari. Mikrospora (serbuk sari) di dalam kantong inti mengalami pembelahan inti menjadi inti vegetatif, inti generatif, dan sel anteridium. Antara inti vegetatif yang berukuran besar dan inti generatif berukuran kecil berbentuk lensa dipisahkan dengan membran tipis. Dalam keadaan inilah, serbuk sari jatuh pada kepala putik.

3. Reproduksi angiosperma
Pembentukan lembaga atau embrio angiosperma dapat dilakukan secara seksual (melalui proses pembuahan) dan secara aseksual (tanpa melalui proses pembuahan). Pembentukan embrio tanpa melalui proses pembuahan tersebut dinamakan apomiksis.
a. Proses pembuahan pada angiosperms
Selisih waktu antara penyerbukan dan pembuahan relative pendek. Serbuk sari yang jatuh ke kepala putik (penyerbukan) akan membentuk buluh serbuk sari. Biasanya, di ujung buluh serbuk sari tersebut terdapat inti vegetatif. Sel generatif
membelah menjadi dua sel sperma (spermatozoid). Jadi, pada saat penyerbukan, butir-butir serbuk sari mengandung suatu inti vegetatif dan dua inti sperma. Setelah proses penyerbukan, buluh serbuk sari terus tumbuh hingga mencapai bakal biji
dengan menembus jaringan putik atau melalui saluran putik untuk melangsungkan proses pembuahan.
Berdasarkan cara buluh serbuk sari mencapai kandung lembaga di dalam bakal biji, maka pembuahan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Porogami, yaitu pembuahan yang terjadi apabila buluh sari yang menuju kandung lembaga melalui mikropil.
2. Aporogami, yaitu pembuahan yang terjadi apabila buluh serbuk sari mencapai dengan menembus plasenta dan kalaza atau menembus integumen dan nuselus.
3. Kalazogami, yaitu pembuahan yang terjadi apabila buluh serbuk sari mencapai kandung lembaga dengan menembus kalaza.
Proses pembuahan yang terjadi pada bunga angiosperma adalah pembuahan ganda. Mengapa dikatakan demikian? Serbuk sari yang jatuh di kepala putik akan tumbuh menjadi buluh serbuk sari. Buluh serbuk sari terus menuju ke bakal biji dan akan menyampaikan sel-sel kelamin jantan (inti sperma I dan II) kepada sel kelamin betina. Sesampai di dalam bakal biji, sel telur (n) akan dibuahi oleh inti sperma I (n) dan terbentuk zigot (2n); inti sperma II (n) akan membuahi inti
kandung lembaga sekunder (2n) sehingga terbentuk endosperm (3n; triploid). Endosperm berguna sebagai cadangan makanan. Karena peristiwa pembuahan terjadi sebanyak dua kali, maka disebut pembuahan ganda dan hasil pembuahan tersebut berupa biji berkeping satu (monokotil) ataupun berkeping dua (dikotil).





b. Pembentukan lembaga yang apomiksis
Beberapa macam tumbuhan angiosperma masih dapat membentuk lembaga (embrio) di dalam bijinya, meskipun tidak melangsungkan proses pembuahan. Peristiwa tersebut dinamakan apomiksis.
Jenis-jenis apomiksis antara lain sebagai berikut.




Daur hidup Angiospermae


1. Partenogenesis, yaitu terbentuknya lembaga berasal dari sel telur yang tidak dibuahi. Sel-sel lembaga dapat bersifat haploid, ataupun diploid. Sel-sel lembaga diploid dihasilkan jika pada pembentukan kandung lembaga tidak terjadi melalui pembelahan meiosis terlebih dulu, peristiwa ini dinamakan apomeiosis. Perkembangan sel telur diploid secara partenogenesis banyak dijumpai pada tumbuhan yang termasuk marga Alchemilla, Taraxacum, dan Hieracium.

2. Apogami, yaitu terbentuknya lembaga berasal dari sinergid atau antipoda.

3. Adventif embrioni, yaitu terbentuknya lembaga berasal dari salah satu sel sporofit. Misalnya, salah satu sel nuselus atau sel integumen yang tumbuh menjadi lembaga,
kemudian masuk ke dalam kandung lembaga. Contoh: pada Citrus (jeruk) disebut poliembrioni

4. Klasifikasi Angiosperma
Tumbuhan berbiji tertutup dibedakan menjadi dua kelas berdasarkan jumlah daun lembaga (kotiledon) yang dimiliki anggotanya, yaitu sebagai berikut.
a. Kelas Monocotyledonae, memiliki biji dengan lembaga yang hanya memiliki satu daun lembaga.
b. Kelas Dicotyledonae, memiliki biji dengan lembaga yang memiliki dua daun lembaga.



TABEL 2 PERBEDAAN CIRI ANTARA TUMBUHAN DIKOTIL DAN MONOKOTIL
CIRI-CIRI TUMBUHAN DIKOTIL TUMBUHAN MONOKOTIL
Biji Memiliki lembaga dengan dua daun Memiliki lembaga dengan satu dau lembaga
lembaga
Ketika berkecambah, biji membelah Ketika berkecambah, biji tidak membelah
Menjadi dua
Lembaga Akar lembaga tumbuh menjadi akar Akar lembaga mati disusul dengan
tunggang yang bercabang pembentukan akar serabut
Batang Dari pangkal ke ujung berbentuk Dari pangkal ke ujung hampir sama besar
kerucut panjang bercaban-cabang tidak bercabang, dan berbuku-buku dengan
dan berbuku-buku dengan ruas ruas yang tampak jelas.
tidak jelas
Daun Tunggal atau majemuk, sering Tunggal berupih
Disertai daun penumpu
Duduk daun tersebar (berkarang) Berseling atau roset
Tulang daun menyirip atau mejari Sejajar atau melengkung
Bunga Bunga berkelipatan 2, 4, atau 5 Bunga berkelipatan 3
Anatomi Akar dan batang memiliki kambium Tidak memiliki kambium
Berkas pembuluh angkut bersifat Berkas pembuluh angkut bersifat
Kolateral terbuka korateral tertutup
Ujung akar lembaga tidak dilindungi Ujung akar dilindungi oleh koleoriza
oleh sarung pelindung dan ujung lembaga dilindungi oleh
koleoptil














5. Manfaat Angiospora
Manusia banyak memanfaatkan tumbuhan angiosperma untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik untuk bahan pangan, papan, maupun sandang. Oleh karena itu, pelestarian dan budi daya angiosperma teramat penting agar terjadi
keseimbangan antara kebutuhan dan produktivitasnya.Beberapa manfaat angiosperma dalam kehidupan manusia antara lain sebagai berikut.
a. Bahan pangan sumber karbohidrat, misalnya: Oryza sativa (padi), Zea mays (jagung), Triticum estivum (gandum), Solanum tuberosum (kentang), Manihot
utilissima (ketela pohon), dan Saccharum officinarum (tebu).

b. Bahan pangan sumber protein, misalnya: Glycine max (kedelai) dan Phaseolus radiatus (kacang hijau).

c. Bahan pangan sumber lemak, misalnya: Cocos nucifera (kelapa), Elaeis guineesis (kelapa sawit), dan Arachis hypogea (kacang tanah).

d. Bahan pangan (sayuran) sumber vitamin dan mineral, misalnya: Brassica oleracea (kubis), Solanum lycopersicum (tomat), Phasedus vulgaris (buncis), dan
Pisum sativum (kapri).

e. Bahan pangan (buah-buahan) sumber vitamin dan mineral, misalnya: Carica papaja (pepaya), Mangifera indica (mangga), Psidium guajava (jambu biji), Eugenea aquea (jambu air), dan Citrus sp. (jeruk).

f. Bahan sandang, misalnya: Gossipium sp. (kapas) dan Boehmeria sp. (rami).

g. Bahan pemberi rasa nikmat pada makanan atau yang lain, misalnya : Coffea sp. (kopi), Camellia sp. (teh), Theobroma cacao (kakao), dan Nicotiana tabacum
(tembakau).

h. Bahan obat-obatan, misalnya: Cinchona succirubra (kina), Eucalyptus sp. (minyak kayu putih), golongan Zingiberaceae (kencur, jahe, dan lain-lain).

i. Bahan bangunan, misalnya: Tectona grandis (jati), Swietenia mahagoni (mahoni), dan Shorea sp. (meranti).

Berikut ini beberapa contoh tumbuhan angiosperma beserta tingkatan taksonnya.

1. Tumbuhan dikotil
a. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Subklas Monochlamydeae
Ordo Piperales
Famili Piperaceae
Genus Piper
Spesies Piper nigrum (lads)

b. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Subklas Monochlamydeae
Ordo Euphorbiales
Famili Euphorbiaceae
Spesies Manihot utilissima (ketela pohon) dan
Euphorbia pulchenrima (kayu merah),
dan Hevea brasiliensis (para)





c. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Subklas Dialypetalae
Ordo Policarpicae
Famili Annonaceae
Spesies Annona squamosa (srikaya), Annona
muricata (sirsak), Annona reticulata
(buah nona), dan Canangium odo
ratium (kenanga)

d. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Subklas Dialypetalae
Ordo Rosales
Famili Mimosaceae
Spesies Leucaena glauca (lamtoro, petai cina),
Parkia speciosa (petai), Mimosa
pudica (putri malu), dan
Pittecellobium lobatum (jengkol)

e. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Subklas Dialypetalae
Ordo Rosales
Famili Caesalpiniaceae
Spesies Caesalpinia pulcherrima (kembang
merak), Tamarindus indica (asem),
dan Casia siameae (johar)

f. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Subklas Dialypetalae
Ordo Rosales
Famili Papilonaceae
Spesies Phaseolus radiatus (kacang hijau),
Phaseolus vulgaris (kacang bunds),
Arachis hypogaea (kacang tanah),
Soja max (kedelai), dan Vigna
urguiculata (kacang panjang)






g. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Ordo Myrtales
Famili Myrtaceae
Spesies Eugenia caryophillus (cengkih),
Eugenia malaccensis (jambu bol), dan
Psidium guajava (jambu biji)

h. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Ordo Malvaves
Famili Malvaceae
Spesies Gossypium sp. (kapas), Hibiscus
rosasinensis (kembang sepatu), dan
Hubiscus sabdariffa (rosela)

i. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Ordo Rutales
Famili Rutaceae
Spesies Citrus nobilis (jeruk keprok), Citrus
maxcima (jeruk bali), dan Murraila
paniculata (kemuning)

j. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Subklas Sympetalae
Ordo Solanales
Famili Solanaceae
Spesies Nicotiana tabacum (tembakau),
Solanum tuberosum (kentang),
Solanum lycopersicum (tomat), dan
Datura metel (kecubung)

k. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Subklas Sympetalae
Ordo Solanales
Famili Convolvulaceae
Spesies Ipomoea batatas (ketela rambat) dan
Ipomoea aquatica (kangkung)



l. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Subklas Sympetalae
Ordo Solanales
Famili Labiatae
Spesies Coleus scutellarioides (miyana/jawer
kotok) dan Ocimum basilicum
(kemangi)

m. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Subklas Sympetalae
Ordo Rubiales
Famili Rubiaceae
Spesies Cinchona sccirubra (king), Coffee
canephora (kopi), Morinda citrifolia
(mengkudu), dan Gardenia augusta
(kaca piring)

n. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Subklas Sympetalae
Ordo Cucurbitales
Famili Cucurbitaceae
Spesies Citrullus vulgaris (semangka),
Cucumis sativus (mentimun),
Cucurbita moschata
(labu), dan Momordica charantia
(pare)


2. Tumbuhan Monokotil
a. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Poales
Famili Poaceae (Gramineae)
Spesies Oryza sativa (padi), Zea mays
(jagung), Tritucum sativum (gandum),
Andropogon nardus (serai), Sacharum
officiarum (tebu), Dendrocalamus
riper (bambu betung), Gigantichalaoa
opus (bambu tali), dan Imperata
cylindrica (along-along)


b. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Liliales
Famili Lilianceae
Spesies Lilium longiflorum (lilia gereja),
Gloriosa superba (kembang
sungsang), Aloe vera (lidah buaya),
Alium cepa (bawang merah), dan
Alium sativum (bawang putih)

c. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Liliales
Famili Amarullidaceane
Spesies Crinum asiaticum (bakung), dan
Polianthes tuberosa (sedap malam)

d. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Liliales
Famili Dioscoreaceae
Spesies Dioscorea alata (ubi), Dioscorea
hispida (gadung), dan Dioscorea
acuminata (gembili)

e. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Bromeliales (Farinosae)
Famili Bromeliaceae
Spesies Ananas comosus (nanas)

f. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Orchidales
Famili Orchidaceae
Spesies Phlaenopsis amabulis (anggrek
bulan), Vanda tricolor (vanda),
Arachnis flas-aeris (anggrek kala), dan
Vanilla planifolia (vanili)





g. Divisi Spermatophyta/Antophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Arecales
Famili Araceae
Spesies Colocasia esculentum (talas),
Amorphophallus varabilis (bunga
bangkai), Xanthosoma lindenii (talas
perak), dan Pistia stratiotes (kayu apu)


h. Divisi Spermatophyta (Antophyta)
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Arecales
Famili Arecaceae (Palmae)
Spesies Cocos nucifera (kelapa), Elaeis
guinccsis (kelapa sawit), Borassus
flabellifer (siwalan pohon lontar),
Arenga pinnata (aren [enau]), Cala
mus caesius (rotan), Salacca edulis
(salak), Metroxylon sagu (sagu), dan
Phoenix dactylifera (kurma)

i. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Pandanales
Famili Pandanaceae
Spesies Pandanus tectorius (pandan duri) dan
Pandanus samarryllifolius (pandan
wangi)

j. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Cyperales
Famili Cyperaceae
Spesies Fimbristylis globulosa (mendong) dan
Cyperus rotundus (rumput teki)









k. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Famili Zingiberaceae
Spesies Zingiber officinalis (jahe), Curcuma
domestica (kunyit), Alpinia galanga
(laos), Keampferia galanga (kencur)

l. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Famili Cannaceae
Spesies Canna indica (bunga tasbih)


m. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Famili Marantaceae
Spesies Maranta arundinacea (umbi garut)

n. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Famili Musaceae
Spesies Musa paradisiaca (pisang), Musa
textilis (pisang manila), Ravenala
madagascariensis (pisangkipas)